Pages

Friday, March 23, 2012

Nick Vujicic, Pria Tanpa Tangan dan Kaki Menikah



Siapa yang tak tau Nick Vujicic? Pria yang terlahir tanpa tangan dan kaki dan dipakai luar biasa dalam hal memotivasi anak-anak muda yang berada dalam keterpurukan hidup.
Kalian yang saat ini masih diliputi rasa rendah diri karena ditakdirkan Tuhan terlahir dengan berbagai macam ketidak sempurnaan, mungkin harus belajar banyak dari Nick Vujicic. Walaupun tak memiliki tangan dan kaki, rasa percaya dirinya tetap terpancar dari kehidupannya, sehingga menginspirasi banyak orang dan membuat seorang wanita jatuh cinta kepadanya. Cowok keturunan Serbia ini baru saja melangsungkan pernikahannya dengan gadis cantik, Kanae Miyahara, 12 Februari 2012 di California. Tak ada yang menyangka bahwa Nick dapat menikah dengan gadis cantik ini. Sungguh tak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Seperti pasangan berbahagia lainnya, Nick dan Kanae juga menikmati masa-masa bulan madu di Hawaii. Mereka berdua tampak santai di pantai menikmati matahari terbenam, berfoto ria dan melakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya. Yang membedakannya dari pasangan lain adalah Nick tidak memiliki tangan dan kaki. Dengan segala keterbatasannya, ia masih dapat menikmati hidup selayaknya orang normal. Semangatnya patut kita contoh.

Berikut ini sedikit tentang latar belakang Nick Vujicic.

Nicholas James Vujicic lahir 4 December 1982 di Brisbane, Australia. Motivator kenaman dunia ini ketika dikandung telah menderita penyakit tetra-amelia syndrome yang menyebabkannya lahir sebagai seorang tunadaksa. Apa yang menjadi kekurangannya, justru saat ini menjadi kelebihannya. Hingga hari ini Nick masih aktif berenang, berselancar, bahkan bermain golf. Kekurangan fisiknya tidak menjadi penghalang dalam meraih segala mimpi-mimpinya.

Nicholas Vujicic datang ke dunia tanpa tangan dan kaki. Bayangkan betapa terkejut orang tuanya ketika melihat bayi laki-laki yang lahir untuk pertama kalinya, ditemukan dengan keadaan tidak sempurna atau abnormal. Dushka Vujicic, dan suaminya Pendeta Boris Vujicic sudah menunggu-nunggu kelahiran bayi itu, tetapi kekagetan yang tak terkira harus mereka terima ketika melihat anaknya lahir tanpa tangan dan kaki. Bagaimana Nick akan menjalani hidup sebagaimana layaknya kebanyakan orang normal hidup? Apa yang akan Nick lakukan ketika hidup dengan cacat fisik seperti itu? Sedikit dari mereka yang tahu bahwa bayi tanpa tangan dan kaki ini suatu hari akan menjadi seseorang yang akan menginspirasi dan memotivasi orang-orang dari semua lapisan kehidupan. Tuhan menggunakan Nick untuk menyentuh banyak kehidupan dan membawa harapan besar orang-orang di seluruh dunia.

Sepanjang masa kecilnya, Nick tidak hanya menghadapi tantangan khas anak sekolah dan para  remaja seperti bullying, masalah harga diri, tetapi juga berjuang menghadapi depresi dan kesepian. Dia terus-menerus mempertanyakan mengapa ia berbeda dari semua anak-anak lain di sekitarnya? Mengapa harus dia yang lahir tanpa lengan dan kaki?
Dia bertanya-tanya apa tujuan di balik hidupnya?
Menurut Nick, kemenangan atas perjuangan sepanjang perjalanannya, serta kekuatan dan semangatnya untuk tetap hidup, didapatnya ketika ia mempunyai iman kepada Tuhan. Keluarganya, teman-teman dan orang banyak di sekitarnya juga mendorongnya sehingga ia dapat menjalani hidup ini dengan lebih bersemangat dan tak kehilangan harapan.
Setelah lulus sekolah, Nick melanjutkan ke jenjang kuliah dan memperoleh gelar double deegre, jurusan Akuntansi dan Perencanaan Keuangan di Universitas Griffith di Logan, Australia. Pada usia 19, Nick mulai memenuhi impiannya untuk bisa mendorong orang lain melalui berbicara motivasi dan berbagi kesaksian tentang bagaimana Tuhan mengubah hidupnya dan memberinya masa depan dan harapan. "Saya menemukan tujuan keberadaan saya, dan juga tujuan keadaan saya. Ada tujuan mengapa Anda dalam saat ini berada dalam pencobaan". Nick sepenuh hati percaya bahwa ada tujuan dalam setiap perjuangan yang masing-masing kita hadapi dalam hidup kita. Sikap dalam menjalani perjuangan, dan dengan iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang kita hadapi."


Sekarang di usia 28 tahun, pemuda tanpa kaki ini telah mencapai lebih banyak dari kebanyakan orang seusianya capai. Nick baru-baru ini melakukan langkah besar dari Brisbane, Australia ke California, Amerika Serikat, di mana dia adalah Presiden sebuah organisasi international. Sejak berbicara di depan umum pertama kalinya ketika ia berusia 19 tahun, Nick telah berkeliling dunia, berbagi cerita dengan jutaan orang, berbicara kepada berbagai kelompok yang berbeda seperti siswa, guru, pemuda, perempuan, pengusaha, dan para religius. Dia juga menceritakan kisahnya dan telah diwawancarai pada program televisi di seluruh dunia. "Jika Tuhan sanggup menggunakan seorang pria tanpa lengan dan kaki menjadi tangan dan kaki-Nya, maka Dia pasti akan sanggup menggunakan anda juga!"




Tuhan sungguh-sungguh memakai Nick Vujicic dengan luar biasa. Seperti 5 roti dan 2 ikan yang dapat memberi makan 5000 orang, Tuhan menggunakan Nick yang memiliki keterbatasan fisik untuk memberi harapan bagi ribuan bahkan jutaan orang. Bagaimana dengan anda? Maukah hidup anda dipakai secara luar biasa seperti ini?? Bersyukurlah ! dan jangan rendah diri! Rasa rendah diri akan menghambat kesempatan anda untuk menjadi luar biasa.

Saksikan sedikit cuplikan dari kegiatan Nick Vujicic ketika memotivasi banyak orang. Hati anda sungguh akan tersentuh.

Selamat menonton !


Tuhan Yesus memberkati ! :)

Wednesday, March 21, 2012

Letter From Hell (Video)

Video berdurasi 11 menit ini menurut saya wajib ditonton!
Video ini menceritakan seseorang yang ingin sekali pergi ke gereja dan mendengar Firman Tuhan, tetapi temannya selalu tak ada waktu untuk mengajak dia ke gereja. Sampai suatu hari ajal menjemput dia dan.... semuanya sudah terlambat. 
Tak ada lagi kesempatan untuk masuk dalam kerajaan Surga.
dan... Neraka adalah tempat bagi orang-orang yang tidak menerima Yesus sebagai Juruslamat hidupnya.
Inilah surat dari Neraka.

Selamat menonton !


Jadikan Tuhan Yesus sebagai juruslamat hidupmu dan hiduplah sungguh-sungguh di dalam-Nya.
Karena tak ada yang tau sampai kapan kita akan hidup. Jangan sampai kita menyesal dan tidak dapat mengubahnya lagi.

Matius 13 : 49-50 - "Demikianlah pada akhir zaman: malaikat-malaikat akan datang memisahkan  orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Tuhan Yesus memberkati !! :)
Sumber: www.jesus-mp3.blogspot.com

Tuesday, March 20, 2012

Kesaksian Pemeran Jesus dalam "Passion of Christ"


Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film "The Passion of the Christ". Berikut refleksi atas perannya di film itu.

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN-PERAN KECIL DALAM FILM-FILM YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL "THE THIN RED LINE". ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.


Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

"Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah..., Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, "Hallo ini, Mel". Kata suara dari telpon tersebut. "Mel siapa?", Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu aktor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai aktor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.


Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. "Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?" Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di "Thin Red Line". Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banyak referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunan-Nya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan dengan-Nya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlet bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran mungkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.

Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai di sini. Engkau yang mengalihkanku dari karier di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apa pun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendak-Mu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.

Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan di tanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang bisa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan ke adegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga sering kali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekadar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwa-Nya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak "dia sadar! dia sadar!" (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hantaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi di sini).

"Apa yang telah terjadi?" Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu sering kali saya bertanya, "Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan"? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat pada-Nya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh... itu sangat luar biasa... mengagumkan... tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada di situ, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diri-Nya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.

Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda.

Yesus telah mati bagi dosa-dosa saudara. karena saudara tidak dapat menebus dosa saudara sendiri.Yesus bangkit dari kematian supaya kita juga bangkit. Kematian tidak berkuasa atas Yesus, supaya orang yang menerima Yesus dan percaya kepadaNya tidak akan mati tapi bangkit dan hidup selama-lamanya di Surga. 

Sumber: www.yesuskristus.com

Saturday, March 17, 2012

Untuk Sebuah Hamburger (Film Pendek)

Sebuah film pendek yang bercerita tentang seorang anak miskin yang menginginkan Hamburger.
Film ini mengajar kita untuk selalu berdoa.
Jika kamu mengingikan sesuatu, mintalah kepada Tuhan. 
Jangan memakai kekuatanmu sendiri tanpa melibatkan Tuhan.
Sebab tidak ada yang mustahil bagi-Nya, semua dapat ia lakukan.

Selamat menonton !


Tuhan Yesus Memberkati ! :)
Sumber: www.jesus-mp3.blogspot.com

Thursday, March 15, 2012

Kesaksian Rahib Budha Bertemu Yesus



Tahun - tahun awalku 

Pada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu.
Saat itu saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).Pada umur 18 saya dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda. Kebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini ratusan tahun.

Seorang murid yang bersemangat 

Pada saat saya mencapai umur 19 tahun 3 bulan (tahun 1977) saya jadi Rahib. Rahib atasan saya di biara itu memberi saya sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi adat/kebiasaan di negara saya. Saya dipanggil U Nata Pannita Ashinthuriya. Pada waktu kami menjadi Rahib kami tidak lagi menggunakan nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir. Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing . Nama Rahib kepala ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang tahu siapa dia.
Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan diri dari kehidupan duniawi.
Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai sampai bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan saya dari pada mengusirnya.Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi Rahib terbaik dan tidak menyakiti mahluk hidup. Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian.
Inilah penjelasan singkat masa lalu saya. Sekarang saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri saya sesudahnya.

Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya

Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhrinya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui tata cara pemurnian agama Budha.Walaupun tubuh saya mati tapi saya ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar. Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama. Tak ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini. Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan gemetar, saya tanya namanya.
Dia jawab " Saya adalah raja neraka, si Perusak!"

Danau Api Yang Sangat Mengerikan

Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu. Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar. Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan ini.
Saya tanya " Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik. "Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?'
Yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang.
Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada Yesus Kristus... Itulah sebabnya dia ada di neraka. "
Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut panjang dililitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah.
Saya tanya raja neraka "Siapa orang itu?"
Dia menjawab, " Inilah yang kau sembah, Gautama(Budha)".
Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka.
Saya protes, " Gautama orang baik, mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?"
Raja neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada Allah yang kekal"
Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara. Dia terluka di dada-nya. Saya tanya " Siapa dia?"
Raja neraka berkata "Ini Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ".
Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, tapi terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus."
Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus."
Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya.."

Saya amati dan melihat orang lain didanau api itu. Dia orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya. Orang ini lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat. Dia enam kali panjang jarak siku sampai ujung jarinya waktu dia luruskan kedua lengannya , ditambah satu jengkal waktu dia rentangkan tangannya. Raja neraka itu berkata orang ini namanya Goliath. Dia di neraka karena dia menghina Allah yang kekal dan hambanya Daud. Saya bingung karena saya tidak tahu siapa itu Goliath dan Daud.
Raja neraka berkata, "Goliath tercatat di Alkitab orang Kristen.. Kamu tidak tahu dia sekarang, tapi kalau kamu jadi Kristen, kamu akan tahu siapa dia. "

Saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka.
Saya tanya " Siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?"
Raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka."Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya, mereka duduk untuk makan. Segera setelah mereka mulai makan asap tebal keluar. Yang kaya makan secepat sebisa mereka agar mereka tidak pingsan. Mereka berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka. Uang mereka adalah tuhan mereka.Seorang raja yang lain kemudian datang pada saya. Saya juga melihat satu mahluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api agar tetap panas.Mahluk ini bertanya pada saya "Apa kamu juga akan masuk ke danau api ini? "  Saya jawab, " Tidak! saya di sini untuk hanya mengamati!"Bentuk mahluk yang menjaga api itu sangat menakutkan. Dia punya 10 tanduk dikepalanya dan sebatang tombak di tangannya yang pada ujungnya ada 7 pisau tajam.
Mahluk ini berkata "Kamu betul, kamu datang ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini".
Katanya "Kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi"
Dia menunjukan arah pada saya tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang ke danau api ini.

Keputusan Untuk Memilih Jalan

Saya jalan cukup lama, sampai saya berdarah. Saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya setelah berjalan sekitar 3 jam saya sampai di sebuah jalan yang lebar. Saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan persimpangan. Satu jalan arah kiri, lebar. Jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan. Ada tanda disimpang itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus, jalan yang lebih kecil menuju ke kanan untuk yang percaya Yesus.Saya tertarik melihat ke mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya. Ada 2 orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar mereka agar dapat jalan bersama, tetapi sekerasnya saya coba tak dapat mengejar mereka, jadi saya putar balik dan kembali ke simpang jalan tadi.Saya terus perhatikan kedua orang yang berjalan tadi. Waktu mereka mencapai ujung jalan tiba-tiba mereka ditikam. Kedua orang itu berteriak sangat kesakitan.
Saya juga menjerit keras waktu melihat apa yang terjadi pada mereka Saya sadar akhir dari jalan yang lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya.

Melihat Surga

Saya mulai melangkah ke jalan Orang Percaya. Sesudah berjalan sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas murni. Sungguh murni sampai-sampai waktu saya lihat kebawah saya dapat melihat bayangan saya dengan sempurna.Kemudian saya lihat seseorang berdiri di depan saya. Dia memakai jubah putih. Saya juga mendengar nyanyian merdu.Oh, alangkah indah dan murninya!Sangat jauh lebih baik dan berarti dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia. Orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya.
Saya bertanya padanya, "Siapakah namamu?" tetapi dia tidak menjawabnya.Baru sesudah saya tanya dia 6 kali orang itu menjawab, "Saya yang memegang kunci ke surga. Surga tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke sana sekarang tetapi kalau kamu mengikuti Yesus Kristus kamu dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi".

Orang itu bernama Petrus. Petrus kemudian meminta saya untuk duduk dan menunjukkan pada saya sebuah tempat di sebelah utara. Petrus berkata, "Lihat ke utara dan lihatlah Allah menciptakan manusia".
Saya melihat Allah kekal di kejauhan. Allah berkata pada seorang malaikat, "Mari kita ciptakan manusia."
Malaikat itu memohon pada Allah dan berkata, " Jangan menciptakan manusia. Dia akan berbuat dosa dan mendukakan Engkau." (dalam bahasa asli Burma berarti: "Dia akan mempermalukan Engkau")
Tetapi Allah tetap menciptakan manusia. Allah meniupkan nafasNya dan manusia itu hidup. Dia memberi nama orang itu "Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib itu).

Dikembalikan Dengan Nama Baru

Kemudian Petrus berkata, "Sekarang bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang. Katakan pada orang-orang yang menyembah Budha dan menyembah berhala. Beri tahu mereka bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah. Mereka yang membangun kuil/kelenteng dan berhala juga akan ke neraka. Mereka yang yang memberikan persembahan pada para rahib untuk mendapatkan jasa untuk mereka sendiri juga akan ke neraka. Mereka yang menyembah rahib dan memanggil mereka "Pra" (gelar kehormatan bagi rahib) akan ke neraka. Mereka yang menyanyi dan memberikan hidupnya untuk berhala akan ke neraka. Mereka yang tidak percaya Yesus Kristus akan ke neraka."

Petrus memberi tahu saya untuk kembali ke bumi dan bersaksi tentang semua apa yang telah saya lihat. Dia juga berkata, " Kamu harus bicara dengan nama yang baru. Sejak saat ini kamu harus dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (Paulus yang kembali hidup)."
Saya tidak mau kembali. Saya ingin tinggal di surga. Seorang kemudian malaikat membuka sebuah buku. Pertama-tama mereka mencari nama masa kecilku (Thitpin) dalam buku, tapi mereka tak menemukannya. Kemudian mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U Nata Pannita Ashinthuriya) , tapi juga tidak tertulis disitu.
Kemudian Petrus berkata, "Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan bersaksi tentang Yesus pada orang-orang yang beragama Budha. "  Saya berjalan kembali melalui jalan emas. Saya dengar lagi nyanyian yang merdu, yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi. Dia menunjukkan pada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara.Pada saat di tangga saya lihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga dan ada yang turun ke tangga. Mereka sangat sibuk. Saya tanya Petrus, " Siapakah mereka?".
Petrus menjawab, "Mereka pesuruh Tuhan. Mereka melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya Yesus Kristus dan nama-nama mereka yang tidak percaya. "
Petrus kemudian memberi tahu saya, sudah waktunya untuk kembali.

Hantu!

Tiba-tiba saya mendengar sebuah tangisan. Saya dengar ibu saya sedang menangis, " Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?"
Saya juga mendengar orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur dalam sebuah peti. Saya mulai bergerak.Ibu dan ayahku berteriak, "Dia hidup, dia hidup!"
Orang lain yang agak jauh tidak percaya. Kemudian saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak orang ketakutan. Mereka menjerit, "Hantu!" dan berlari secepat kaki mereka membawanya.
Mereka yang tertinggal, diam dan bergemetaran.Saya merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, cairan tubuh, cukup banyak untuk dapat mengisi 3,5 gelas. Itu adalah cairan yang keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur di dalam peti mati. Inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah betul-betul mati. Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik yang ditempelkan pada kayu peti. Lembaran plastik ini untuk menampung cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak mengeluarkan cairan seperti yang saya alami.Saya diberi tahu kemudian bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api. Di Myanmar orang mati dimasukan kedalam peti mati, tutupnya kemudian dipaku, dan kemudian dibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya. Sesaat lagi tutup peti akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan. Saya segera mulai menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar. Orang-orang merasa heran.Saya ceritakan orang-orang yang saya lihat di dalam danau api itu, dan memberi tahu hanya orang Kristen yang tahu kebenaran, bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun! Saya beri tahu mereka segala sesuatu yang kita percayai adalah kebohongan.Orang-orang merasa heran sebab mereka tahu rahib macam apa saya dan bagaimana bersemangatnya saya dalam pengajaran Budha. Di Myanmar ketika seseorang meninggal, namanya dan umurnya ditulis disamping peti mati. Ketika seorang rahib meninggal, namanya, umurnya dan masa pelayanannya sebagai rahib dituliskan di samping peti mati. Saya sudah ditulis mati tetapi seperti yang anda lihat, sekarang saya hidup!

Penutup

Sejak "Paul yang kembali hidup" mengalami kisah di atas dia tetap menjadi saksi yang setia kepada Yesus Kristus. Para Gembala di Burma mengabarkan bahwa dia sudah membawa ratusan rahib lain untuk beriman kepada Yesus.Kesaksiannya jelas sekali tak berkompromi. Oleh sebab itu, pesan dia telah menyakitkan banyak orang yang tidak dapat menerima hanya ada satu jalan ke surga, Yesus Kristus.Walaupun menghadapi penolakan yang sangat besar, pengalamannya sungguh nyata sehingga ia tak pernah ragu maupun bimbang. Setelah sekian tahun dalam lingkungan biara Budha, sebagai pengikut ajaran Budha yang setia, beralih menyatakan Injil Kristus sesudah kebangkitannya dari mati dan mendesak rahib yang lain untuk meninggalkan semua dewa-dewa palsu dan menjadi pengikut Yesus dengan sepenuh hati. Sebelum sakit dan matinya dia tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang ke-Kristenan. Semua yang dia dapatkan selama 3 hari dalam kematian adalah baru dalam fikirannya.. Dalam mengabarkan pesannya sebanyak mungkin pada orang-orang.Lazarus modern ini mulai membagikan audio dan video kaset mengenai kisahnya. Polisi serta pihak berwenang di Myanmar sudah berusaha sekuatnya untuk mengumpulkan kaset-kaset ini dan memusnahkannya.Kesaksian yang baru saja Anda baca adalah salah satu terjemahan dari kaset itu. Kami diberi tahu bahwa sekarang sangat berbahaya bagi warga Myanmar untuk memiliki kaset ini. Kesaksiannya yang tak kenal takut telah membuatnya dipenjara, di mana yang berwenang telah gagal menawarkan dia untuk bungkam. Sesudah dilepaskan dia terus bersaksi tentang apa yang dia lihat dan dengar.Keberadaannya sekarang tidak jelas. Seorang nara sumber di Burma mengatakan bahwa dia di penjara dan bahkan mungkin sudah dibunuh, sumber lain mengabarkan bahwa dia sudah dilepaskan dari penjara dan sedang meneruskan pelayanannya..


Nara Sumber:

Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar , memanggil saya si Thitphin (yang artinya pohon).Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.

Sumber: www.yesuskristus.com

Sunday, March 4, 2012

Love Our Parents !



Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong. 

Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya dan si opa menceritakan kisah hidupnya.

"Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal di rumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak efisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan? Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda sehingga meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal di rumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita di dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah dua tahun saya di sini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya."

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita...

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.

Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!
Love your parents in anyway they are...

Coba renungkan gambar berikut ini....





















Amasl 17:6 - "Mahkota orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka"

Sumber: Pentas-Kesaksian.blogspot.com
              everlynsexaayy. blogspot.com
 

Blog Template by YummyLolly.com - Sponsored by Free Web Space