Ahmed Hussein Deedat, lahir di Surat di Gujarat India
kelahiran tahun 1918, ayahnya berimigrasi ke Afrika Selatan setelah ia lahir,
kemudian Ahmed Deedat menyusul ayahnya ke kota Kwajulu-Natal Afrika .
Ahmed Deedat pernah memperoleh penghargaan ‘King Faishal
Award’, Nobel dari Pemerintah Saudi Arabia pada tahun 1986 atas karya-karyanya.
Semasa hidupnya, Deedat telah menerbitkan sekitar 22 buku yang laris dan telah
dicetak hingga 20 juta kopi yang beredar luas di berbagai benua.
Sheikh Ahmed Deedat terkenal sebagai seorang ulama anti
Kristen dari kota Durban Afrika Selatan. Maksud dari anti Kristen disini adalah
baik itu berupa khotbah-khotbahnya dan tujuan dakwahnya hanyalah untuk
menyerang keKristenan, bukan untuk pengajaran tentang kebenaran agama yang dianutnya.
Dia membuat buku combat Kit pada tahun 1992 dan buku-buku
lain untuk menyerang keKristenan.
Oleh karena khotbah-khotbahnya terlalu ofensif, Ahmed Dedat
dilarang masuk ke beberapa negara sekuler karena dikhawatirkan akan menimbulkan
kerusuhan sosial. Negara-negara tersebut diantaranya adalah Nigeria, Prancis,
Singapura dan Australia (setelah kotbahnya yang terakhir dan sangat ofensif
pada Jumat Agung, yakni Hari Raya Paskah umat Kristiani di Sydney Australia
1996).
Ahmed Deedat dengan sombongnya menyatakan bahwa Yesus
benar-benar disiksa dan naik ke tiang salib, tetapi cuma pingsan, tidak mati
(The Choice).
Sejak setahun lebih sebelum Deedat mengalami stroke,
pendeta-pendeta Kristen di kotanya Durban, sudah membuat surat terbuka untuk
mengajaknya bertobat, karena mereka mengerti resiko penghujatan ofensif yang
dilakukannya dalam konteks rohani akan berakibat fatal terhadap dirinya
sendiri. Namun ajakan tersebut tidak dilayaninya sama sekali.
Tepat 4 (empat) minggu setelah Deedat menghujat penyaliban Yesus
yang sengaja dilakukan pada hari Jumat Agung (Hari Raya Paskah) di Sydney,
Deedat secara tiba-tiba terserang stroke dan kehilangan suaranya untuk
selama-lamanya. Lehernya kejang, sehingga tak mampu makan, minum atau bicara.
Deedat hanya mampu berkomunikasi kedipan mata saja.
Ahmed Hossein Deedat was flown to King Faisal
Specialist Hospital in Riyadh, where he was reported to be fully alert and
hence taught to communicate through a series of eye-movements via a chart
whereby he would form words by acknowledging individual alphabets read out to
him; this way he would form complete sentences
He spent the last nine years of his life in a bed in his
home in Verulam South Africa encouraging people to engage in . He was looked
after by his wife, Hawa Deedat, and was reported to have no bed-sores at all.
Semula ia dibawa ke spesialis di Rumah Sakit King Faisal di
Riyadh dan dirawat disana, namun tak kunjung sembuh. Kemudian selama 9 (sembilan) tahun berikutnya ia menderita
hanya berada di atas tempat tidur di rumahnya di Verulam Afrika selatan dan
hanya dirawat istrinya Hawa Deedat.
Selama dalam perawatan, Deedat hanya dapat mengkonsumsi
makanan melalui selang yang langsung dimasukkan kedalam lambungnya melalui
sebuah lubang di perutnya selama 9 tahun hingga ajalnya.
Selama masa penderitaannya ini, Deedat juga sudah pernah
dikunjungi untuk didoakan oleh orang-orang Kristen namun ia menolaknya dengan
isyarat matanya.
Deedat masih berstatus sebagai pemimpin IPCI, sebuah lembaga
yang masih dipegangnya hingga meninggal. Namun Ahmed Dedat juga meninggalkan
banyak hutang pada beberapa Ulama yang diwariskan kepada anak-anaknya. Karena
seluruh harta kekayaan dari royalty hasil penjualan buku-bukunya yang sangat
laris telah habis dipakai untuk biaya perawatannya selama 9 tahun masa
kesengsaraannya itu, maka segala harta bendanya yang tersisa sangat tidak
memadai untuk membayar hutang-hutangnya hingga saat ini.
‘Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri
menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada
tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan,
firman Tuhan.’
(Rom 12 : 19)
9 Tahun Masa Perawatan Ahmed Deedat
9 Tahun Masa Perawatan Ahmed Deedat
Di Indonesia, buku-buku karya Ahmed Deedat dijual bebas,
tetapi buku-buku tanggapan atas argumennya tidak diizinkan untuk terbit dan
beredar dengan bebas.
Tokoh lawan debat Deedat yang sudah menerbitkan bukunya
adalah John Gilchrist dan Dr. Anish Sorrosh, namun sangat sulit menemukan buku
tersebut di Indonesia. Hal inilah yang membuat Serangan Ahmed Deedat dalam buku
Combat Kit-nya terhadap keKristenan seolah-olah tidak terbantahkan oleh
sebagian masyarakat Indonesia.
Note :
6 April 1996, Di hari Paskah, di Negara Australia Deedat
berbicara di depan orang banyak menyerang Injil kepercayaan Kristiani mengenai
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
3 Mei 1996, Empat minggu kemudian setelah kejadian di
Australia, Ahmed Deedat terkena stroke.
Kaki tangannya lumpuh dan dia tidak
bisa berbicara.
8 Agustus 2005, Deedat meninggal setelah menderita lumpuh dan
bisu selama sembilan tahun.
Jauh sebelum Injil ditulis, Yesus sudah memberitahukan
kepada murid-murid-Nya bagaimana Injil akan ditulis seperti yang ada pada kita
sekarang ini, yaitu dengan pengajaran dan segala sesuatu yang diingatkan oleh
Roh Kudus kepada mereka.
‘tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh
Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan
akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.’ (Yoh 14 :26)
Dan bagi mereka yang menghujat Injil, itu berarti sama saja
dengan menghujat pada yang mengajarkan injil tersebut, yaitu Roh Kudus. Dalam
hal penghujatan ini, Yesus telah mengatakan suatu konsekwensi kekal yang akan
dihadapinya kelak bagi mereka yang menghujat Injil Kebenaran-Nya!
Aku berkata kepadamu: ‘Sesungguhnya semua dosa dan hujat
anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi
apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya,
melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.’ ( Mar 3 : 28, 29 )
Dosa kekal ini sungguh terjadi pada Ahmed Deedat yang telah
menghujat Injil dengan begitu sombong dan beraninya, bukan hanya kepada para
pendeta ataupun orang-orang percaya lainnya, tetapi Ia telah begitu berani dan
takaburnya untuk menghujat Roh Kudus. Bagi seorang Deedat sudah tidak ada lagi
jalan untuk bertobat, walaupun ia telah diperingati maupun didoakan oleh
orang-orang Kristen ketika masa perawatannya di rumah sakit selama 9 tahun
terakhir dari sisa hidupnya ini.
Oleh karenanya, bukanlah suatu kebetulan jika Deedat
kehilangan kemampuan berbicara untuk selamanya, hal itu terjadi karena ia telah
melakukan dosa kekal, dan keselamatan kekal dalam Kristus Tuhan sudah tidak
mungkin berlaku lagi terhadap dirinya, kerena ada tertulis :
‘Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.’
(Rom
10 : 9, 10)
Rasul Paulus dengan tegas telah memperingatkan kita :
‘Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami
beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu,
sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu
suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.’
(Gal 1 : 8, 9)
Tuhan Yesus memberkati !