Beberapa hari yang lalu ketika saya sedang membaca artikel-artikel dalam suatu situs di internet, saya menemukan sebuah artikel yang menarik perhatian saya. Artikel ini menceritakan betapa tragisnya kematian seorang pria akibat kesepian yang berlarut-larut, dan itu memberikan kepada saya pelajaran hidup yang berharga.
Berikut artikelnya....
Berikut artikelnya....
KOMPAS.com - Suatu pagi ketika visite, seorang pasien yang
biasanya selalu saya lihat berbaring di tempat tidur dekat jendela ruang
perawatan kelas tiga tidak ada lagi di sana. Agak curiga, "mana bapak itu?"
Tanya saya kepada perawat yang mendampingi saya -- pasien, seorang lelaki umur
sekitar 60 tahun yang menjadi langganan ruang penyakit dalam beberapa
bulan terakhir.
"Beliau meninggal tadi malam dokter," jawab perawat itu. "Lho,
kok bisa?", tanya saya lagi. "Tidak tahu juga pastinya dokter.
Semalam waktu dari kamar mandi, pasien mengeluh sakit dada dan sesak nafas,
cukup lama Ia mengalami itu, kami baru tahu setelah keluarga pasien sebelahnya
memberitahu perawat jaga dok. Kemudian kami melapor ke dokter jaga, menurut
dokter jaga kemungkinan alm meninggal karena serangan jantung. Sempat perawat
jaga membawa ke ruang ICU, tetapi tidak berapa lama di ruang ICU beliau tidak
tertolong lagi dokter," ungkap perawat lain menerangkan.
Setelah selesai visite, di ruang perawat waktu mengisi status pasien, bayangan
pasien itu seperti mengikuti saya, barangkali karena pasien ini sudah sering
dan lama dirawat. Untuk yang terakhir ini saja telah lebih dari satu bulan.
Pasien memang sudah berulang kali dirawat dengan keluhan hipertensi dan
Insomnia. Biasanya, dalam 1-2 minggu setelah dirawat, hipertensinya mulai
terkontrol dan insomnianya juga membaik. Bila keluar rumah sakit, pasien bukan
kembali ke rumah, tetapi ke panti. Tidak berapa lama di panti biasanya masuk
rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama. Keadaan ini berulang dalam satu
tahun terakhir sampai pasien meninggal.
Kemudian, karena sedikit penasaran dengan kematiannya, apalagi secara
emosional saya sudah merasa dekat dengan pasien, saya pelajari kembali statusnya.
Dari data rekam medis pasien, terutama sebelum meninggal, gambaran rekam
jantungnya memang sesuai dengan kematian akibat jantung. Tetapi ada yang
menarik saya lihat dari catatan petugas gizi, dalam beberapa hari terakhir
ternyata sebagian besar menu makanan yang diberikan kepada Alm tidak
dimakannya.
Melihat ini, saya semakin curiga, jangan-jangan obat-obatan juga tidak dimakan
pula. Lalu, kepada perawat saya tanyakan, "bagaimana
obat-obatan yang diberikan kepadanya, apa ada dimakan?" " Nggak tahu
juga dokter. Seperti biasa, obat kami bagikan dan diambil lagi kalau kotak obat
itu sudah kosong, kelihatannya dimakan dok," perawat itu mencoba
menerangkan.
"Coba kamu lihat lagi laci pasien,! "saya curiga obat-obat itu
tidak dimakannya. Tidak berapa lama, perawat itu kembali dengan satu kantong
plastik dengan obat-obatan di dalamnya. Melihat itu........ "Hmmmm, pasien
ini meninggal bukan karena serangan jantung, tetapi karena
kesepian," saya bicara sendiri. Mendengar komentar saya begitu,
"kok bisa dokter?" Kata perawat itu lagi. Sebelum saya menjawab,
"tapi benar juga dokter, kami lihat bapak itu akhir-akhir ini lain sekali.
Beliau seperti tidak bersemangat, sering melamun, pernah kami melihat Ia
menangis sesunggukan, dan bila malam kelihatannya tidak bisa tidur, sering
beliau minta tambahan obat tidur dokter. Lalu, dokter, kami tidak pernah
melihat keluarganya mengunjungi beliau selama dirawat dokter,"
cerita sang perawat.
Hmmm, ya, saya juga melihat begitu. Suatu waktu saat visite, saya
tanyakan mengenai keluarganya, agak lama dan setelah menarik nafas yang dalam,
baru ia menjawab; "ada dokter"......, kemudian ia diam lagi,...dan
air matanya tampak bergolak. Dan pernah saya lihat pada jam kunjungan pasien,
saat pasien lain mendapat perhatian dari keluarganya, Alm menutupi seluruh
tubuhnya dengan selimut, tetapi perasaan saya waktu itu mengatkan, beliau bukan
tidur, barangkali menangis menahan kepedihan yang dirasakannya karena
berharap kunjungan anak-istri, keluarga atau saudara-saudaranya.
Lalu, melihat apa yang terjadi pada pasien itu, walaupun serangan jantung
dikatakan sebagai penyebab kematiaannya, tetapi di balik serangan jantung yang
membunuhnya itu, kesepian, perasaan sendiri, kehilangan cinta-kasih sayang,
hubungan-hubungan yang toksis yang dialaminya inilah sebenarnya menurut saya
sebagai pencetus penting kematiaanya.
Seperti diketahui, bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup
sendiri. Orang sakit, seperti pasien di atas sebetulnya sangat membutuhkan
dukungan-dukungan baik emosioanal, moral, sosial, dan fisik terutama dari
keluarga terdekatnya. Cinta, kasih sayang, empati yang diberikan kepada
mereka pasti akan berpengaruh terhadap perjalanan, prognosis penyakitya, bahkan
harapan hidupnya.
Bagaimana menurut anda?
Hidup hanya sekali, jangan biarkan kesepian dan masalah membuat hidup anda berakhir sia-sia. Andalkan Tuhan di dalam hidup ini, karena Ia berjanji akan selalu ada bersama kita.
Tuhan Yesus memberkati !
0 comments:
Post a Comment