Pages

Thursday, December 20, 2012

Apakah Gubukmu Terbakar?




Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelematkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.

Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya.

Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.

"Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.

Kamu berkata, "Itu tidak mungkin."
Tuhan berkata, "Tidak ada hal yang tidak mungkin." (Lukas 18:27)

Kamu berkata, "aku terlalu capai."
Tuhan berkata, "Aku akan memberikan kelegaan padamu." (Matius 11:28)

Kamu berkata, "Tidak ada seorangpun yang mencintai aku."
Tuhan berkata, "Aku mencintaimu." (Yohanes 3:16-Yohanes 13:34)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa meneruskan."
Tuhan berkata, "Kasih karuniaKu cukup." (2 Korintus 12:9 - Mazmur 91:15)

Kamu berkata, "Aku tidak mengerti."
Tuhan berkata, "Aku akan menuntun langkah-langkahmu." (Amsal 3:5-6)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa melakukannya."
Tuhan berkata, "Kamu bisa melakukan semuanya." (Filipi 4:13)

Kamu berkata, "Ini tidak berharga."
Tuhan berkata, "Itu akan berharga." (Roma 8:28)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Tuhan berkata, "Aku memaafkanmu." (1 Yohanes 1:9-Roma 8:1)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa mengatasi."
Tuhan berkata, "Aku akan menyediakan kebutuhanmu." (Filipi 4:19)

Kamu berkata, "Aku takut."
Tuhan berkata, "Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan." (II Timotius 1:7)

Kamu berkata, "Aku selalu kuatir dan frustasi."
Tuhan berkata, "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaku." (I Petrus 5:7)

Kamu berkata, "Aku tidak mempunyai iman yang kuat."
Tuhan berkata, "Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya." (Roma 12:3)

Kamu berkata, "Aku tidak pandai."
Tuhan berkata, "Aku memberikan padamu hikmat." (I Korintus 1:30)

Kamu berkata, "Aku merasa aku sendirian."
Tuhan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu." (Ibrani 13:5)

Wartakanlah ini pada siapa yang membutuhkan, Saya percaya ada saat-saat di mana kita merasa "gubuk" kita terbakar. 

Sumber: gia jemursarisurabaya.blogspot.com

Doa Seorang Kakek




Ada seorang kakek yang sudah tua, tinggal di sebuah rumah di pinggiran desa. Kakek ini adalah seorang yang sangat saleh dan rajin beribadah kepada Tuhan. Si kakek dikenal di seluruh desa karena kebaikannya suka menolong orang dan taat beribadah.

Pada suatu hari turun hujan lebat di desa tersebut dan air dengan sangat cepatnya naik ke atas dan telah mencapai sebatas lutut. Orang-orang di desa tersebut telah diinstruksikan untuk mengungsi dan ramai-ramai mereka membawa barang-barangnya keluar dari rumah mereka masing-masing.

Si Kakek yang tinggal di pinggiran desa juga tidak luput dari situasi banjir tersebut dan menjadi cemas karenanya, tetapi sebagai orang yang beriman, dia berusaha berdoa memohon kepada Tuhan untuk menghentikan hujan yang lebat tersebut agar seluruh orang di desa tersebut bisa diselamatkan.

Tak lama setelah dia berdoa, datanglah kepala desa hendak menjemputnya dengan kendaraan jipnya, tetapi si kakek menolak dengan halus dan dia berkata bahwa dia percaya bahwa Tuhan akan mendengarkan doanya dan segera menghentikan hujan lebat tersebut.

Pergilah segera sang kepala desa dengan perasaan cemas, tetapi karena dia percaya bahwa dia memang orang yang saleh, tentunya Tuhan juga pasti akan menolongnya juga. Hujan turun semakin lebatnya dan telah mencapai ketinggian satu meter dan seluruh penduduk desa telah mengungsi ke luar dan si kakek pun sudah berjongkok di atas lemarinya, dengan perasaan yang semakin cemas akhirnya dia berdoa dengan lebih keras lagi memohon kepada Tuhan untuk segera menghentikan hujan lebat tersebut.

Tak lama kemudian datanglah regu penyelamat dengan mengendarai perahu karet dan berteriak-teriak memanggil si kakek. Si kakek pun berteriak kepada regu penyelamat tersebut dan berkata bahwa dia telah berdoa kepada Tuhan dengan lebih bersungguh-sungguh dan Tuhan selama ini tidak pernah tidak mendengarkan doanya dan dia percaya bahwa kali inipun Tuhan pasti mendengarkan doanya.

Akhirnya perahu karet itupun pergi dengan perasaan yang sangat khawatir akan keselamatan si kakek, tetapi karena merekapun merasa bahwa sang kakek memang memiliki iman yang lebih tebal daripada mereka maka merekapun tidak berani memaksa lebih keras lagi. Sepeninggal regu penyelamat dengan perahu karet, hujan malah turun semakin lebatnya dan lebih lebat dari sebelumnya dan kali ini si kakek sudah berdiri di atas atap rumahnya dan berteriak-teriak dengan sangat kerasnya berdoa memohon kepada Tuhan untuk segera menghentikan hujan lebat tersebut.

Dari atas terdengar deru helikopter dengan keras dengan lampu sorotnya dan tampak beberapa orang berteriak dari atas helikopter kepada sang kakek untuk segera menangkap tali yang dilemparkan ke bawah. Dan kali inipun sang kakek menolak dan berkata dengan yakinnya bahwa dia telah berdoa dengan sangat sungguh-sungguh dan kali ini Tuhan pasti akan menghentikan hujan tersebut dan menolong si kakek.

Dengan putus asa helikopter tersebut meninggalkan si kakek yang terus berteriak-teriak memohon kepada Tuhan untuk menghentikan hujan lebat tersebut dan mereka berharap bahwa semoga doa kakek terkabul dan mereka juga tahu bahwa kakek adalah orang yang sangat beriman dan selalu menolong orang lain.

Akhir kata, hujan tidak juga berhenti dan menenggelamkan si kakek dan dia pun meninggal. Karena selama hidupnya kakek tersebut sangat beriman dan tidak pernah sekalipun berbuat yang tidak baik dihadapan Tuhan, maka si kakek diijinkan masuk ke dalam surga. Di surga, kakek bertemu dengan Tuhan dan lalu menyatakan kekecewaannya karena doanya yang terakhir tidak dikabulkan oleh-Nya.

Tuhan pun berfirman kepadanya, "Kakek yang baik, engkau adalah anak-Ku yang baik dan sepanjang hidupmu engkau selalu menuruti firman-Ku, dan Aku pun selalu mendengarkan doa-doamu dan mengabulkannya. Pada waktu engkau berdoa yang pertama kalinya, Aku telah mengirim kepala desa untuk menjemputmu dengan mobil jipnya tetapi engkau tolak, lalu doamu yang kedua, Aku mengirimkan regu penyelamat dengan perahu karetnya dan itupun kau tolak dan terakhir engkau berdoa kepadaKu, Aku mengirimkan sebuah helikopter untuk menjemputmu tetapi masih engkau tolak juga. Aku selalu mendengarkan doamu anakKu."

Inti cerita ini adalah mengenai sebuah kesempatan dan bagaimana kita mengerti jawaban Tuhan atas doa-doa kita. Tak selalu Tuhan mengabulkan doa yang persis sama seperti yang kita minta, tapi percayalah, apa yang Tuhan kerjakan lebih baik dari apa yang kita minta dan kita dapat pikirkan.
God bless you !

Sumber: giajemursarisurabaya.blogspot.com

Merry Christmas everyone !!

Pria Ini Meninggal karena Kesepian



Beberapa hari yang lalu ketika saya sedang membaca artikel-artikel dalam suatu situs di internet, saya menemukan sebuah artikel yang menarik perhatian saya. Artikel ini menceritakan betapa tragisnya kematian seorang pria akibat kesepian yang berlarut-larut, dan itu memberikan kepada saya pelajaran hidup yang berharga.
Berikut artikelnya....

KOMPAS.com - Suatu pagi ketika visite, seorang pasien yang biasanya selalu saya lihat berbaring di tempat tidur dekat jendela ruang perawatan kelas tiga tidak ada lagi di sana. Agak curiga, "mana bapak itu?" Tanya saya kepada perawat yang mendampingi saya -- pasien, seorang lelaki umur sekitar 60 tahun yang menjadi langganan ruang penyakit dalam  beberapa bulan terakhir.

"Beliau meninggal tadi malam dokter," jawab perawat itu. "Lho, kok bisa?", tanya saya lagi. "Tidak tahu juga pastinya dokter. Semalam waktu dari kamar mandi, pasien mengeluh sakit dada dan sesak nafas, cukup lama Ia mengalami itu, kami baru tahu setelah keluarga pasien sebelahnya memberitahu perawat jaga dok. Kemudian kami melapor ke dokter jaga, menurut dokter jaga kemungkinan alm meninggal karena serangan jantung. Sempat perawat jaga membawa ke ruang ICU, tetapi tidak berapa lama di ruang ICU beliau tidak tertolong lagi dokter," ungkap perawat lain menerangkan.

Setelah selesai visite, di ruang perawat waktu mengisi status pasien, bayangan pasien itu seperti mengikuti saya, barangkali karena pasien ini sudah sering dan lama dirawat. Untuk yang terakhir ini saja telah lebih dari satu bulan. Pasien memang sudah berulang kali dirawat dengan keluhan hipertensi dan Insomnia. Biasanya, dalam 1-2 minggu setelah dirawat, hipertensinya mulai terkontrol dan insomnianya juga membaik. Bila keluar rumah sakit, pasien bukan kembali ke rumah, tetapi ke panti. Tidak berapa lama di panti biasanya masuk rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama. Keadaan ini berulang dalam satu tahun terakhir sampai pasien meninggal.

Kemudian,  karena sedikit penasaran dengan kematiannya, apalagi secara emosional saya sudah merasa dekat dengan pasien, saya pelajari kembali statusnya. Dari data rekam medis pasien, terutama sebelum meninggal, gambaran rekam jantungnya memang sesuai dengan kematian akibat jantung. Tetapi ada yang menarik saya lihat dari catatan petugas gizi, dalam beberapa hari terakhir ternyata sebagian besar menu makanan yang diberikan kepada Alm tidak dimakannya.

Melihat ini, saya semakin curiga, jangan-jangan obat-obatan juga tidak dimakan pula.  Lalu,  kepada perawat saya tanyakan, "bagaimana obat-obatan yang diberikan kepadanya, apa ada dimakan?" " Nggak tahu juga dokter. Seperti biasa, obat kami bagikan dan diambil lagi kalau kotak obat itu sudah kosong, kelihatannya dimakan dok,"  perawat itu mencoba menerangkan.

"Coba kamu lihat lagi laci pasien,! "saya  curiga obat-obat itu tidak dimakannya. Tidak berapa lama, perawat itu kembali dengan satu kantong plastik dengan obat-obatan di dalamnya. Melihat itu........ "Hmmmm, pasien ini meninggal bukan karena serangan jantung, tetapi karena kesepian,"  saya bicara sendiri. Mendengar komentar saya begitu, "kok bisa dokter?" Kata perawat itu lagi. Sebelum saya menjawab, "tapi benar juga dokter, kami lihat bapak itu akhir-akhir ini lain sekali. Beliau seperti tidak bersemangat, sering melamun, pernah kami melihat Ia menangis sesunggukan, dan bila malam kelihatannya tidak bisa tidur, sering beliau minta tambahan obat tidur dokter.  Lalu, dokter, kami tidak pernah melihat keluarganya mengunjungi beliau selama dirawat dokter,"  cerita sang perawat.

Hmmm, ya, saya juga melihat begitu. Suatu  waktu  saat visite, saya tanyakan mengenai keluarganya, agak lama dan setelah menarik nafas yang dalam, baru ia menjawab; "ada dokter"......, kemudian ia diam lagi,...dan air matanya tampak bergolak. Dan pernah saya lihat pada jam kunjungan pasien, saat pasien lain mendapat perhatian dari keluarganya, Alm menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, tetapi perasaan saya waktu itu mengatkan, beliau bukan tidur, barangkali menangis menahan kepedihan yang dirasakannya karena  berharap kunjungan anak-istri, keluarga atau saudara-saudaranya.

Lalu, melihat apa yang terjadi pada pasien itu, walaupun serangan jantung dikatakan sebagai penyebab kematiaannya, tetapi di balik serangan jantung yang membunuhnya itu, kesepian, perasaan sendiri, kehilangan cinta-kasih sayang, hubungan-hubungan yang toksis yang dialaminya inilah sebenarnya menurut saya sebagai pencetus penting kematiaanya.

Seperti diketahui, bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Orang sakit, seperti pasien di atas sebetulnya sangat membutuhkan dukungan-dukungan baik emosioanal, moral, sosial, dan fisik terutama dari keluarga terdekatnya. Cinta, kasih sayang, empati  yang diberikan kepada mereka pasti akan berpengaruh terhadap perjalanan, prognosis penyakitya, bahkan harapan hidupnya.


Bagaimana menurut anda?
Hidup hanya sekali, jangan biarkan kesepian dan masalah membuat hidup anda berakhir sia-sia. Andalkan Tuhan di dalam hidup ini, karena Ia berjanji akan selalu ada bersama kita.
Tuhan Yesus memberkati !
 

Blog Template by YummyLolly.com - Sponsored by Free Web Space